Selasa, 15 April 2014

Takdir Allah swt Pasti Baik.

            Selama ini sudah hampir banyak pertanyaan, “Nin..mana pacarnyaaa? Pacarnya Riki aja, tante tau..” atau ngga, “Cobaaa, yang lagi deket tuh dikenalin ke Mamanya..” sampe udah frontal banget, “Jek, cariin si Nindy pacarlah. Temen kantor aja, yang udah kerja ya.” Sampe-sampe.. kalo ada sodara atau anak temennya Papa yang nikah, “Nindy nyusul ya..”
            Dulu sempet kesel, sampe bosen digituin terus. Lama-lama ikhlas dan berpikir ada hikmah besar dibalik semua ini. bapak-bapak, ibu-ibu, oma-opa, tante-om.. tenang aja..Nindy masih suka lakik kok. Yang ngedeketin sebenernya banyak (bisalah dibikin boyband) tapi kan Nindy udah bosen main pacar-pacaran. Dan kalo dipikir-pikir, pacaran itu banyak mudharatnya ya, Iya.
            Ini salah satu takdir Allah swt. Ya. Mungkin sekarang aku diberi waktu untuk memantaskan diri. Memperbaiki diri dan menginstrospeksi diri, agar menjadi Nindy yang lebih baik lagi. Karena aku punya satu keinginan : Siapapun kelak dia yang akan menjadi imam untukku dan keluargaku, aku ingin dia jauh lebih baik daripada aku. Agamanya, yang utama. Kalo dipikir-pikir, aku.. bisa aja sih dari sekarang cari.. dan dapet. Jreng! Tapi ya itu tadi, asal dapet. Sekedar nemenin nonton atau makan saat suntuk. Udah itu aja? Kasian. Dan aku.. ngga setega itu.
            Sekarang, aku diberi waktu untuk –ibaratnya sendiri dulu. Lebih sering menghabiskan waktu hang out sama mama, melakukan hal-hal yang aku senangi sampai menikmati detik demi detik serpihan nafas hidup sebagai seorang yang jomblo. Tidak begitu ngenes, menurutku. Kecuali kita sendiri yang membuat definisi dan kata ‘ngenes’ itu menguasai hati kita. Ambil hikmahnya : mungkin Allah swt ingin aku banyak menghabiskan waktu dengan mama. Sekedar mengantarkannya ke acara pengajian, rumah temannya sampai nonton bioskop atau kulineran. Hal yang tidak semua anak gadis bisa melakukannya, tapi bisa kulakukan meskipun aku tidak punya pacar J












            -----Teman, takdir Allah swt pasti baik, bukan? Dan ingat.. diantara sekotak lumpur pasti terdapat seekor ikan. Kejadian atau peristiwa yang membuat kita berpikir keras mengapa harus kita yang mengalaminya.. selalu ada sebutir permata hikmah yang tersembunyi.

Senin, 14 April 2014

Spasi.

Kira-kira, apa sih, arti sebuah spasi? Hanya sekedar pelengkap dalam sebuah kalimat? Atau sebagai perenggang diantara kata-kata dalam sebuah kalimat? Atau, spasi hanyalah sebuah kata yang seringkali diucapkan oleh iklan berbayar di televisi?Lebih dari itu semua, bagiku.. spasi adalah satu hal yang penting. Tanpa spasi dalam sebuah kalimat, kita hanya akan membaca deretan kata-kata itu seperti kata sandi. Hellooow, kita kan lagi ngga belajar pramuka. Tanpa spasi, tulisan yang kita tulis dan diperuntukkan untuk orang tak lebih dari seperti sms satu rupiahnya salah satu provider kebanggan suaminya Zaenab dalam Si Doel anak sekolaan.            Begitu pentingnya arti spasi dalam sebuah kalimat, tak jarang kita mengaitkannya dengan definisi dalam kehidupan sebenarnya. Klise, memang. Tapi, aku akui.. ini benar adanya. Kita kasih saja perumpamaan spasi sebagai jarak. Ya, jarak. Apa? Jarak? Iya.            Jarak. Sebenernya sedikit meringis sih ya, kalo inget-inget jarak. Ah ya, akhir-akhir ini aku kembali berkomunikasi dengan salah satu kerabat yang udah lamaaaaaaa banget ngga denger kabarnya. Bagiku, bisa kembali berkomunikasi dengannya adalah satu hal yang syukuri. Ngga kurang –dan ngga lebih. Spasi yang diketikkan olehNya selama ini (awalnya) membuat kami berdua agak sedikit kikuk untuk memulai semuanya dari awal. Dari nol, kayak isi bensin ya. Iya.            Dari intensitas komunikasi inilah aku menyadari bahwa spasi yang selama ini dirajut Sang Pencipta membuat aku dan dia sama-sama saling memperkaya diri dengan pemahaman introspeksi. Merendahkan hati pada hal-hal yang bukan hak kita untuk tau, dan berusaha berbuat kebaikan yang kita bisa, dan lain-lain. Spasi yang selama ini membuat kita memiliki satu ruang yang belum terbuka sampai akhirnya bisa ngobrol, bercanda, sampe ngelawak (tapi ngga lucuk) bersama juga membuat aku mengerti bahwa spasi itu penting.            Teman, butuh banyak waktu agar aku dan dia bisa kembali bisa berkomunikasi tanpa harus mengetik ‘saya’ untuk menggantikan kata ganti aku dan tidak melulu mengingatkan sudah makan atau belum. Kadang orang lain yang melihat hanya dapat men-judgenya dari luar saja. Aku ngga peduli. Yang mengalami, aku. Yang ngobrol, aku. Dan aku yang mengenalnya, jauh dari orang lain yang banyak bicara itu mengenalnya.            Aku sadar, takabur adalah suatu tindakan yang dilarang. Ya, aku tak mau berlari terlau jauh atau berjalan ngesot –terlalu lambat. Aku hanya ingin, semua yang aku –kita, mulai dari awal dan dari nol.. berjalan sebagaimana mestinya. Berjalan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditakdirkan Allah swt. Karena aku selalu menganggap yang Allah swt takdirkan selalu baik, bukan hanya untukku, tapi orang-orang di sekelilingku dan masa depanku. Yang membedakannya hanya dua : ada doa yang langsung dikabulkan, dan ada doa yang Allah swt simpan sampai mengabulkannya di waktu yang tepat saat kita memang dirasa sudah pantas untuk menerimanya. Sampai sekarang, aku bingung.. apa yang aku harus keluhkan? Karena, jika ada seseorang yang jauh disana namun tiba-tiba berkomunikasi dengan kita.. aku percaya bahwa itulah salah satu kuasa Allah swt untuk menghibur hati hambaNya. Subhannallah.            Allah swt yang Maha segalanya. Maha membolak-balikkan hati hambaNya, Maha menjauhkan, Maha mendekatkan dan Maha Tahu isi hati hambaNya.





--Ingat ya teman, spasi itu penting. Bayangkan saja jika aku tidak mengalami spasi untuk waktu yang cukup lama. Mungkin aku tidak menjadi lebih baik atau tidak pantas untuk bisa berkomunikasi dengan siapapun yg aku sebut dia J

Jumat, 17 Januari 2014

Bukit dan Sabar.

Teman.

Beberapa hari ini, aku mengalami kebingungan yang amat sangat. Sudah hampir 2 minggu aku selalu memikirkan tentang bukit. YA. Bukit. Impasnya, beberapa temanku menjadi google untukku.
Pertanyaan dari, ”Bukit yang viewnya bagus di Bandung dimana?”, sampe ke pertanyaan, ”Bukit hati kamu udah ada daki belum?”, okesip pertanyaan kedua itu boong. Yakhellleeees nanya gituan ke anak cowok. Bisa disirem pake aer kembang mawar.
Sampe pada akhirnya di sebuah maghrib yang sorenya ditemani hujan turun, selepas sholat.. aku merasa ada sesuatu yang menarik tanganku dan keinginan jiwa serta ragaku untuk mengambil Al-Quran beserta terjemahannya.
Dan ngga tau kenapa, tumben bangetnya.. aku pengen baca daftar isinya dulu. Padahal biasanya kalo baca yaaa, nerusin pembatas yang dibaca sebelumnya aja. Aku merasa ada sesuatu yang beda.
Sampai pada akhirnya aku nemuin satu surat. Namanya Surat At-Thuur. Dan Thuur yang dimaksud disini memang nama sebuah bukit. Yaitu bukit Thuur. Setelah membaca sampai suratnya habis, saya mencoba membaca dan memahami terjemahannya.
Begitu banyak arti yang terkandung dalam suratullah ini. Dari permasalahan yang dihadapi di dalam keluarga, balasan untuk orang-orang yang bertaqwa dan yakin serta bersyukur atas segala nikmatNya, sampai pada akhirnya aku temukan satu kalimat arti dalam ayat ke 48.

”Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu.”

          Deg! Jantungku berdetak hebat. Seketika aku tak menyadari kalimat itu kubaca berkali-kali. Teman, ada banyak cara Dia untuk berkomunikasi dengan hambaNya. Mungkin aku memang sedang merasakan keterburu-buruan (halah). Dan memang kurang sabar. Sabar dalam menunggu ketetapanNya. Nah. Ketetapan disini pasti artinya jamak. Dan aku akan mengambil satu makna dan juga hikmah yang dapat aku petik : ketetapanNya adalah surprise dariNya! :”>
          Ya Rabb, terimakasih Engkau masih mau mengingatkan hamba dengan cara seperti ini. Terimakasih untuk selalu available disaat hamba butuh pinta dan pertolongan. Jaga terus jalan hidup hamba sampai akhirnya hamba kembali ke rengkuhanMu.
          Teman. Banyak cara komunikasi Allah swt yang mungkin selama ini kalian tidak sadari. Tapi, pesanku, teman.. ingatlah.. Sekecil apapun suara hati kalian yang kalian bisa dengar, jika itu mengarah ke kebaikan, ikutilah.


Ini kisahku. Bagaimana denganmu?