Selasa, 18 Agustus 2015

Tentang Dilan

Hari ini hari yang sangat cerah menurutku. Hari bersejarah. Akhirnya aku khatam membaca Dilan jilid kedua. Waktu terasa begitu cepat. Mengingat mundur, saat pertama kali aku mengetahui Dilan dari Bang Soni, kemudian lama aku tidak bertemu lagi dengan Dilan.. sampai akhirnya takdir mempertemukanku dengan Dilan saat Riki membelinya.

Bagiku, sulit rasanya untuk tidak jatuh cinta dengan Dilan dan terpesona dengan Milea. Setelah kubuka 3-4 halaman Dilan dan kutaro kembali di meja belajar Riki. Sampai pada akhirnya ketika orang-orang mulai ramai membicarakannya, dan disitu pulalah keinginanku muncul kembali untuk membaca Dilan.

Bedanya kali ini, aku tidak hanya berapi-api membaca 3-4 halaman saja. Lebih dari itu, aku merasakan adanya suatu pesona –entah darimana datangnya- yang berhasil membuatku jatuh cinta, dengan halaman-halaman berikutnya (tentu saja aku tidak akan menyebut Dilan karena Dilan bagiku hanya milik TuhanNya dan Milea). Baru saja setengah buku kunikmati, saat aku mampir ke toko buku –dan aku bingung harus membeli buku apa karena begitu banyak buku satir yang jika kubeli hanya akan memberatkan otakku saja- aku melihat Milea dalam cover Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1991, Jilid kedua.

Selesai membaca Dilan bercover biru, sungguh.. ada emosi lain yang kurasakan. Aku semakin merasa bahwa Dilan dan Milea bukan sekedar ada. Tapi mereka hidup. Dalam hati pembacanya. Mereka begitu nyata, dalam isi kepala kita.. pembacanya. Khawatir membaca Dilan jilid kedua membuat nagih, karena cover biru saja sudah cukup membuatku dan seluruh aliran darahku terlalu nge-fans dengan Dilan! Maafkan aku Milea..

Karuan saja, tanteku sempat memberikan spoiler –sedikit- bahwa Dilan jilid kedua : sedih. Dan benar saja. Hari ini, aku sudah berhasil mengkhatamkan Dilan. Dan semua rasanya menjadi satu. Tak dapat kupungkiri dan benar saja jika banyak dari pembaca yang merasa bahwa sang penulis membuat emosi pembacanya ikut hadir dalam plot cerita.

Aku ikut merasakan bagaimana keadaan jalan Buah Batu tahun 1990-1991. Aku ikut merasakan kehadiran Milea (yang ntah sekarang dimana) saat aku mengarungi jalan Macan dan menoleh ke arah Mih Kocok Mang Dadeng. Selalu, aku berusaha melihat satu per satu secara detail deretan rumah-rumah didepan Rumah Sakit Muhammadiyah itu.

“Yang mana ya rumahnya Milea?”

                Ke-apik-an penulis untuk menggambarkan rute, keadaan, kondisi dan gambaran dulu dan masa kini terhadap tempat kejadian bersejarah Dilan dan Milea tentu saja membuat kita ikut merinding. Right? Penulis menurut saya berhasil mengemas kisah klasik cinta remaja SMA dengan konflik yang sungguh nyata dan kita yang membacanya tidak eneg untuk membayangkannya.

                Kebetulan, karena Mamaku berasal dari sumatera dengan suku jawa melayu maka aku seringkali membayangkan bagaimana jika sosok Bunda benar-benar ada. Terkadang pula, aku seringkali bertanya, sosok Wati-Piyan-Rani.. saat ini seperti apa dan mereka siapa sebenarnya?

                Jangan Tanya tentang penasarannya aku bagaimana aslinya Dilan dan Milea ya. Karena aku sungguh tak tahu. Aku sadar bahwa segala jenis identitas dalam tokoh sebuah buku adalah batasan dan hak yang dimiliki oleh sang penulis. Aku pun tahu bahwa itu semua disamarkan (jika memang mereka ada dan nyata-bukan fiksi. Red) untuk menjaga kredibilitas atau hajat hidup orang yang bersangkutan.
                Terlebih jika memang yang diceritakannya itu seperti kehidupan masa lalu penulis (jika memang benar.) dan aku sangat setuju dengan Ayah Pidi tetang salah satu quotenya : cinta itu indah..jika bagimu tidak mungkin kau salah milih pasangan.


                Well, terimakasih Dilan. Kau membuat aku membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang Milea. Yang pernah menerima kado berupa buku TTS –yang sudah diisi-, menerima coklat dari orang-orang yang tidak kamu kenal dengan berbagai macam profesi mereka, menerima dan ikut menandatangani surat bermaterai yang berisi deklarasi jadian dengan Dilan, pernah memiliki pacar yang super duper gentle dan dia tiada lain tiada bukan adalah seorang panglima tempur geng motor, pernah menjadi cewek bandung dengan pacar yang keren (saat itu), dan lebih tepatnya lagi : kenal dengan Dilan! Yang aku yakini, kau-Milea.. tidak akan ernah menyesal melalui hari dengannya..




(Buat yang penasaran dengan Dilan, langsung saja ke toko buku terdekat (ya harus yang dekat lah ya, kalo jauh namanya LDR.) dan siap-siaplah untuk terpesona dengannya!