Senin, 30 Desember 2013

Intermezzo.

Post kali ini pernah saya publikasikan kepada salah seorang senior, teman baik, teman curhat (terkadang, berhubung sekarang dia udah punya pegangan.. udah jarang banget cerita), terkadang dia mengerti apa yang saya maksud (padahal orang lain ngga nalar), sama-sama suka bikin ketawa orang di sekeliling, dan yang pasti, kita sama-sama aspek bangsa yang berbudi luhur dan rajin menabung (di kamar mandi, red). 
Jangan pernah masukin hati tentang apa yang udah saya tulis. Karena sewaktu menulis ini pun saya mikirnya pakai otak, bukan pakai hati. Buat hatinya, simpan saja untuk orang yang disayang.


Kecup Basah, Emwah. 

Nindy Middleton.



Tanah tersiram Hujan.
Bau tanah tersiram hujan memang sulit untuk dilukiskan dengan deretan bait puisi. Apa ya… lebih tepatnya bingung harus mengatakan bau atau harum. Bau, ya karena memang bukan berasal dari parfume yang notabene wanginya sudah disensor oleh lisensi badan-keparfume-an seluruh dunia, namun wangi karena memang menurut saya wangi. Well, menurut saya pribadi tidak banyak orang yang menyukai aroma tanah tersiram hujan. Karena, tidak bisa dipungkiri bagi sebagian orang, wangi tanah tersiram hujan adalah wangi debu. Wangi polusi atau wangi udara yang kotor. Namun, saya bukanlah satu dari kumpulan tersebut. Karena saya berpikiran tanah tersiram hujan itu ibarat sebuah anak manusia yang mendapatkan pencerahan. Terlebih lagi, jika tanahnya kering. Kering sekali. Ibaratnya akan lebih dari anak manusia yang mendapatkan pencerahan, tetapi seperti seseorang yang menemukan jalan buntu lalu mendapatkan hidayah. Oke, ilustrasi terakhir yang saya berikan nampaknya lebih dari ketawanya Soimah. Lebay. Tapi, jika anda masih penasaran dengan waangi tanah tersiram hujan bisa langsung mengalaminya sendiri. Namun, tidak semua tanah dan air hujan bisa menghasilkan wangi yang saya maksud. Hujannya harus intensitas rendah namun terlihat seperti hujan eropa. Tanahnya juga harus tanah kering. Pergilah ke atas bukit yang gersang, dan nantikan hujan yang turun seperti di benua eropa. Jangan lupa bawa tikar. Nikmati sensasinya..

Ketawa Soimah.
Nah, berbicara tentang ketawa Soimah kali ini saya akan sedikit mendeskripsikan beberapa pendangan saya tentang ketawa artis-papan-atas tersebut. Naaah, mulai dari sini. Mulai dari waktu dimana saya pertama kali mengenal Soimah karena menonton televisi (jadi sebenarnya saya hanya kebetulan aja, kalo waktu itu dengernya radio mungkin aja sampe sekarang ngga tau Soimah yang mana). Well, menyoal tentang ketawa beliau yang begitu artistic, menurut saya sih kurang lebih seperti itu. Ada sebagian orang yang tentunya tidak setuju dengan pendapat saya, tentu. Karena bagi sebagian orang, ketawa beliau sangat bertentangan dengan ketawa perempuan dalam ketentuan agama. Namun, menurut saya..setiap orang yang ingin mencipatakan hiburan pastilah akan menjadi sebuah statement yang serius di lingkungan populasi yang lain. Mengutip peryataan yang menurut saya penting, dari seorang Stephenie Meyer : “setiap yang seseorang lakukan pastilah saja bertentangan dengan kepentingan orang lain disekitarnya. Lakukan apa yang menurutmu benar dan jangan terlalu pedulikan orang lain.”. menurut saya, Soimah selayaknya memiliki porsi yang sama dengan artis-artis lainnya. Dia wajar melakukan inovasi-inovasi baru demi kelangsungan kariernya. Dan setiap artis wajar melakukan sesuatu yang baru yang tentunya menarik perhatian masyarakat. Lagi-lagi itu semua demi kelangsungan karier sang artis tersebut di panggung entertainment. Back to the topic, so far saya menganggap ketawa Soimah masih wajar karena dia pernah berkata dalam satu situasi talk show malam, bahwa dia (Soimah) memang membangun karakter dalam kamera dengan riwayat orang kampungan, karena dikisahkan Soimah memang dari kampung. Semua cerita itu benar, Soimah memang dari kampung dan ia merintis kehidupannya sampai memiliki suami yang setia mendampingi kemanapun ia pergi sampai dua orang jagoan yang sangat ia cintai. Saya salut dengan transparansi jiwa Soimah yang berkata jujur kepada pemirsa bahwa memang karakternya tidak seperti itu ketika berada di rumah. Jujur, belakangan saya baru ketahui bahwa Soimah dulunya adalah rekan om saya dia adalah  salah satu sinden di perkumpulan music campur sari yang seringkali manggung di acara hajatan di daerah jawa. Back to the topic (again), paati anda bertanya-tanya mengapa saya begitu terkesan membela Soimah. Well, saya ngga dibayar untuk membela beliau yaaa.. karena saya bukan nindy paris hutapea, jadi saya hanya ingin membuat penikmat acara televisi agar tidak terlalu mendramatisir apa yang dilakukan artis-artis. Anggap saja mereka sedang bermain drama musical, yang kita nikmati dari bangku penonton tanpa harus mengacungkan tangan untuk melayangkan pertanyaan seperti yang dilakukan di kelas matematika. Ketawa Soimah dimata saya adalah bentuk ide kreatif yang bersifat artistic. Dengan ketawanya, ia mampu menarik rating dari acar televisi yang ia hadiri. Tentu, karena ketawanya ini pulalah yang membuat Soimah bisa survive sampai hari ini di dunia entertainment. Saya tidak perlu mengatakan lebay karena memang lebay, yaaa. But overall, saya tidak terlalu memikirkan ke-lebay-an itu karena menurut saya, lebay yang diungkapkan oleh orang-orang tidak sebanding dengan realita nyata seorang Soimah dalam menjalani hidupnya. Yaaa, bahasa kasarnya sih gini.. “sesama pencari uang, dilarang saling silang.” Kalimat terakhir saya rasa-rasanya seperti sepenggal moment di dunia perpolitikan Indonesia saat ini yaaaa, pencalonan presiden dan saling silang. Hihihi :*

Politik Saling-Silang.
Saya akan mengulas secara pendek tentang politik saling-silang yang saya maksudkan disini. Pendek loh yaaaa, pendek. Iya, jadi…menurut saya, politik saling-silang adalah keadaan politik dimana orang-orang yang duduk di politiknya itu saling-silang. Kita sebagai “yang-nonton” udah ngga tau mana yang salah mana yang bener. Karena apa yang kadang menurut kita salah ternyata benar. Sementara yang menurut kita benar selama ini ternyata melakukan kesalahan yang cukup besar. Kit udah ngga tau yang mana yang ada di garis hitam dan putih, karena semuanya abu-abu. Dan semuanya ada di pihak yang tidak tranparan, seperti diselimuti selimut wol dari kulit domba new Zealand. Kadang, karena sudah serngkali seperti ini, masyarakat sebagai yang-menonton sudah tidak tahu harus berpihak kepada siapa, seperti menonton pertandingan sepak bola yang kedua timnya adalah tim yang dibenci oleh semua masyarakat dunia. Kejam sekali ya penggambaran seperti itu, namun menurut saya yaaaa, memang seperti itu keadaannya. Terkadang saya bingung, apasih yang menjadi tujuan mereka ketika mereka duduk dibangku politik. Toh menurut saya, bangkunya panas. Panas dalam artian, tidak nyaman ketika menutup mata dengan realitas yang ada. Realitas bahwa masyarakat Indonesia tidak sepenuhnya merasakan dampak dari sistem pemerintahan Indonesia itu sendiri. Kadang saya tidak berhenti bepikir, bagaimana bisa seorang pejabat minum air putih dengan gelas berkaki, padahal beberapa bagian lain dari masyarakatnya sendiri jarang-jarang meminum air putih yang benar-benar sehat. Tapi, jika kita berbicara tentang hal ini tidak akan pernah ada ujungnya. Satu hal yang masih membuat kita berbangga hati adalah keadaan alam Indonesia. Obat dari segala penyakit pikiran ya, sepertinya.. :*

Alam (Indonesia) = Obat?

Kata-kata yang menyeruak dalam pikiran saya ketika menyebut alam (Indonesia) adalah obat, merupakan suatu pandangan yang pastinya disetujui setiap orang. Bukan saja mereka yang menjadi penduduk Indonesia. Saya yakin, justru sebagian besar penduduk Indonesia belum pernah menjamah kekayaan alam Indonesia yang pastinya telah didatangi orag-orang asing yang kemudian mengabarkannya sehingga penduduk Indonesia menjadi tau. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alam Indonesia adalah satu plasma nutfah warisan dan tentunya adalah goresan kebesaranNya. Cukup nyinyir jika selalu membicarakan tentang alam Indonesia yang menurut saya layaknya menonton film box office. Ditonton karena kualitasnya. Sedang yang tidak berkualitas? Ya, tinggalkan saja. Kasian. Jelas. Miris jika mengingat lagi dan lagi tentang kekayaan alam Indonesia yang selalu menjadi keindahan tak berdosa dan kadang menjadi limpahan dosa yang duduk-duduk.

Sutradara.

Selalu. Dan selalu. Saat kami pergi bertiga. Mama, Papa dan Aku, tentu saja (karena Riki selalu dan lagi-lagi selalu sibuk bersama teman-temannya). Topic yang dibicarakan lagi-lagi tak pernah jauh dari yang namanya pendamping hidupku, kelak. Boleh dikatakan, setahun terakhir. Jika kami bertiga dalam satu kesempatan yang sama, pasti topiknya selalu itu dan itu lagi.
            Begitu banyak nasihat dan petuah laksana tweet @pepatah dalam lingkar sebuah media sosial. Sebenarnya, Mama dan Papa tak pernah memberikan nasihat atau sekedar berbicara menyinggung tentang itu. Mungkin setahun terakhir, usiaku menginjak tahun ke 21. Tahun dimana anak gadis memang rawan-rawannya dan butuh banyak penerangan menuju jalan keluarga yang lebih baik dan tentunya sakinah mawaddah warahmah.
            Setahun ke belakang juga Aku, seringkli diajak ke undangan. Aku tak pernah peduli jika hendak dikenalkan dengan –siapapun. Karena bagiku, jika memang sudah jalannya, pun akan didekatkan olehNya. Atau jika memang sudah bukan jalannya, pun akan dijauhkan pula olehNya. Prinsip itu, aku pegang erat-erat setahun terakhir. Mungkin inilah yang membuat aku lebih bisa menikmati hidup dan menikmati setiap detiknya………………dengan tidur.
            Aku bebas berteriak, aku bebas untuk melakukan hal-hal yang aku senangi dan aku bebas ngapain aja (pokoknya aku bebas. Itu aja.) tanpa ada sms atau sekedar kontak diujung hari yang bertanya, “lagi ngapain?”.
            Sampai pada suatu ketika saat Mama dan Papa secara gambling selalu berbincang tentang “itu” lagi. Februari 2014, itu artinya sudah lebih dari setahun aku telah move on. Dan jikapun ditelisik lebih lanjut ke belakang, aku jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh telah move dari siapapun sejak tahun 2011. Cuman bedanya, akhir trimester 2013.. aku jauh lebih bisa merengkuh kebebasan itu.
            Ah, sudahlah. Tak penting berbicara tentang apa yang sudah terjadi. Pun sekarang, sebagai mahasiswa tingkat akhir yang memiliki target lulus 2014, fokus dalam diriku lebih terarah. Galau hanya sesekali saja. Sisanya tetap….. tidur. Alhasil, nasihat Mama semakin menjadi. Mama dan Papa setuju saja jika aku kelak menjalin hubungan serius dengan seorang pegawai dari perusahaan tempat Papaku bekerja. Oh. My. Goat.
            Rasanya, itu terlalu spesifik. Terlebih ketika Mama dan Papa ternyata berbincang banyak tentangku pada calon om yang akan resmi menjadi om di 11 Januari 2014. Goat. Apalagi inisih. Dari tarikan oktaf suaranya dan sorot matanya, Mama sih emang ngga pengen aku nikah buru-buru (plis deh, kalopun buru-buru.. nikahnya mau sama siapa?) tapi kalo diliat dari gencarnya Mama cariin pacar buat Aku… duh, kadang akupun ngga paham lagi.
            Saat ditanya orang, aku lebih suka menjawab dengan, “Iya… doain ajaya. Yang jelas sih lulus dulu. Abis itu mau jungkir balik, sikap lilin, tigersprong sampe backroll di kasur matras pun terserah.” Kadang skripsi menyelematkan hidupku dari pertanyaan-pertanyaan antagonis yang diluncurkan orang. Tengs ya, sk. (panggilan akrab sk—ripsi).

            Suatu kali lain, Mama dan Papa pun menerjangku dengan nasihat menyoal itu lagi. Ntah kenapa, ada terbersit dorongan jawaban yang aku ucapkan pada mereka, “Ma, Pa… nindy pengennya justru sama yang kayak profesinya tuh keren. Ma. Ya sutradara kek, hmmm… yaaa sekitar gitudeh, Ma..Pa. jadi di KTPnya tuh keren. Pekerjaan : Sutradara atau ngga….. pekerja seni. Bagus kan, Ma?”. Air muka Mama datar. Begitupun Papa. Kalo udah ginisih, intinya.. “semoga-nindy-cepat-bangun-dari-tidurnya.”

Selasa, 17 Desember 2013

untitle.

Seorang teman pernah bertanya tentang riwayat pergaulanku. Riwayat pertemananku. Kadang malas untuk menjawab karena teman ini memang memiliki nilai kuriositi yang sangat tinggi. Baru sampai rumah aku terpikir untuk menjawab secara intelek. Hahahaha. Semoga dia baca.
Dulu, saat masih esde atau masih kecil.. kita selalu haal dengan kalimat, “nanti kalo berteman, jangan suka pilih-pilih.” Dan biasanya kalimat tersebut dilontarkan oleh guru atau orang tua kita. Tapi, setelah aku menelan asam garam pendidikan selama hampir 15tahun lamanya ini, aku baru sangat menyadari bahwa kalimat seperti itu memang benar. Sangat benar. Tetapi hanya berlaku sampai 12tahun usia pendidikan. Itu artinya?... Ya.
Teman, kita jangan pernah menutup mata. Dunia perkuliahan itu kejam. Ya, sambil-sambil belajar buat menghadapi dunia yang sebenernya, sih. Mungkin, peribahasa yang tepat untuk pertemanan di dunia perkuliahan adalah : bertemanlah dengan pedagang minyak wangi, agar kalian tertular wanginya. Bukan, bukan berarti aku mau dan sangat ahli memilih-milih teman.
Aku diciptakan sebagai seorang wanita. Banyak sekali pikiran yang berkecamuk di pikiranku di malam hari menjelang saat-saat tidur. Terkadang hal seperti ini pun, aku tidak menyangka.. bakal  menjadi bahan pertanyaan yang dilontarkan kepadaku. Tetapi, ingat ya teman. Aku selalu berusaha untuk tidak menyesal telah melalui semua ini. Aku anggap saja ujian. Ujian bahwa tidak semua orang di atas panggung berlaku sebagai protagonist. Bukankah pada setiap film atau sinetron selalu ada peran antagonisnya?
Aku selalu berpikir, mungkin jika aku seorang penonton dan aku menonton sebah film. Saat pemeran utamanya keluar, aku akan berpikir dia seorang yang baik. Aku akan menjadi penggemarnya sepanjag film berlangsung. Sampai ternyata ada suatu peristiwa dan muncullah hero yang asli. Yang sebenernya tak ingin kulihat dia sebagai hero. Tapi apa? Aku harus menerima kan? Bukannya Sutradara telah mengatur semuanya? Dan aku sebagai penonton harus menerima dan mengambil sesuatu yang positifnya saja?

Teman, usiaku sekarang menginjak 21. Dan insyaAllah aku sudah diberi kemampuan untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang benar. Beda, lho. Ah, teman. Semoga saja kau tak akan pernah mempermasalahkan masalahku. Semoga cukup. Hanya aku dan Dia yang tau.

Selasa, 26 November 2013

Kinara : Aku Bahagia Dengan Caraku Sendiri

Pagi itu Adit terburu-buru. Tidak seperti biasanya. Hari ini ia pun lupa mencium kening istrinya, Hana. Meski begitu, Hana tak pernah sedikit pun kesal dengan tingkah suaminya hari itu. Dia menyibukkan diri dengan perlengkapan sekolah Rizky, anak mereka satu-satunya yang kini duduk di kelas 5 SD. Selain itu masih banyak kotak-kotak barang yang belum dibereskan. Maklum, keluarga ini baru saja pindah ke Jakarta.
            Hana paham benar dengan sikap Adit hari itu. Ia tak pernah sedikit pun marah atau kesal. Karena ia tau pasti alasan Adit bersikap demikian. Adit hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk lebih mengerti, terkadang hidup tak sesuai dengan rencana. Hana tak pernah menyesal menikah dengan Adit, karena sejauh iini yang Hana tau adalah bahwa Adit selalu berusaha menyenangkan dirinya sebagai istri dan anak mereka Rizky. Adit tak pernah sedikitpun melakukan tindakan-tindakan aneh diluar nalarnya sebagai orang yang terdekat dengan Adit.
Adit juga adalah imam yang baik. Bagi Hana, Adit adalah seorang pemimpin keluarga yang bertanggung jawab atas dia dan anaknya. Adit cukup respect dengan menyekolahkan Rizky di sekolah full day dengan kelas agama yang lebih dari sekolah biasanya. Pun, ketika mereka pindah ke Jakarta.. Adit turut selektif memasukkan Rizky di sekolah yang menjadi pilihannya.
            Di kantor pun Adit adalah seorang manajer keuangan yang menggenggam kepercayaan dari banyak pihak. Ia tak pernah ingkar. Dan selalu berperilaku sopan, untuk itulah Hana mencintai Adit sepenuh hati. sekali lagi, Hana tak pernah sedikitpun meminta Adit bercerita banyak tentang masalah yang dihadapinya di kantor maupun di lingkungan polo, olahraga yang digemari Adit baru-baru ini –jika Adit yang tidak bercerita sendiri.
            Hana mengantar Adit sampai didepan pintu mobilnya. Lambaian tangan Hana mengantar Adit yang hanya membalasnya dengan senyuman. Adit yang terlihat kalut akhirnya keluar lagi dari mobilnya. Menghampiri Hana dan mengecup kening istrinya itu.
“I love you, Bun.”, ucapnya.
Hana menjawab pelan, dan mungkin tidak terdengar oleh Adit : “Love you too, Ayah.”
            Sepanjang perjalanan ke kantornya, Adit tak sedikitpun melirik jam tangannya. Sudah tak ada waktu lagi, pikirnya. Akhirnya ia pun membelokkan arah setir mobilnya. Ia kini bukan menuju ke arah kantornya. Jalan yang diambilnya menuju Bandung. Ya, Bandung. Tanpa persiapan, dan tanpa pikir panjang.
            Perjalanan selama menuju Bandung hanya ditempuh Adit kurang lebih 2 jam saja. Gerbang Tol Pasteur dan ucapan selamat datang di Bandung menyambut Adit tepat jam setengah sepuluh. Adit tak kuasa menahan rasa yang perlahan membuncah seiring dengan semakin dekat dengan tempat yang ia tuju.
            Adit memasuki pekarangan rumah yang tidak berpagar namun asri itu. Adit keluar dari mobilnya dan berdiri di dekat teras rumah itu. Pintunya terbuka, karpet pun digelar di ruang keluarga sampai ke belakang. Pasti ada orang pikirnya.
“Assalamualaikum..”
Belum ada jawaban.
“Assalamualaikum...”
            Tak berapa lama, seorang ibu paruh baya keluar. Nampaknya ia hendak pergi. Dandanannya necis dan rapi. Ia tersenyum lebar begitu mengetahui Adit yang datang. Namun ia juga sedikit menyembunyikan rasanya. Rasa hambar saat tahu pasti siapa yang hendak Adit temui.
“Ibu..”, pekik Adit
“Nak Adit.. Kinara sudah pergi.”

            Adit terhentak. Badannya lemas. Ia kini sadar sepenuhnya, Kinara adalah sesuatu yang sangat berharga. Bukan hanya bagi dirinya. Tetapi juga bagi anaknya, Rizky. Dan separuh hidupnya. Perasaan Adit kini berkecamuk. Tak mungkin pergi begitu saja. Ia harus kuat. Sampai nanti, saat Rizky mengerti bahwa Kinara adalah bentuk sebuah cinta yang tak akan pernah sirna begitu saja...

Sabtu, 26 Oktober 2013

Tunggu Tanggal Mainnya.

Beberapa kisah yang coming soon masih digodok dalam nebula otak. Semoga hasilnya maksimal, doakan ya.

Jumat, 25 Oktober 2013

Pesan Mama.

Aku dan Mama seringkali menghabiskan waktu berdua. Ini semua karena aku sadar, waktuku banyak terbuang untuk kegiatan lain seperti kuliah dan ngumpul bersama teman. Aku udah kehilangan moment sama Papa, karena Papa dinas di luar kota.. dan ngga mau kehilangan moment sama Mama.
Untuk hari ini, kita pilih Floating Market, Lembang. Aku tanya sama Mama, “Ma, seneng ngga.. akhirnya kita bisa nyampe disini?”
“Senenglah..”, Jawab Mama, singkat.
Fyi, selama di Floating Market aku lihat Mama girang banget. Mama minta aku buat fotoin dia. Di setiap sudut yang kita lewatin. Dari mulai angle ngadep ke danaunya, jembatan kayunya, kolam angsa, pondok-pondokan.. pokoknya dia maintain aku buat ambil gambarnya..
Aku sadar, ngga selamanya aku bisa menghabiskan waktu dengan orang yang kita sayang. Ngga tau, setiap pergi ke suatu tempat.. aku selalu inget kalo kita harus banyak bersyukur. Bersyukur udah dikasih kenikmatan melihat, mendengar, bernafas dll..
Tapi kita juga ngga boleh lupa, kalo ngga selamanya kita ada. Kita nyata. Kita available di dunia ini. Dan jangan sampai, kita mencintai sesuatu melebihi cinta kita kepada Allah swt..
Aku dan Mama menghabiskan waktu sore kita, sembari menunggu kabar Papa yang mau dijemput di stasiun. Tanpa terasa, waktu menunjukkan mataharinya yang mulai turun sedikit demi sedikit. Aku ngga mau maghrib dijalan, karena emang penglihatan saat maghrib buruk banget. Selain itu, aku ngga mau sampe kena macet. Akhirnya kita mutusin buat turun..
Di jalan menuju ke stasiun bandung, aku dan Mama ngobrolin banyak hal. Dari mulai travel, ke Lombok, jodoh sampe ajal. Mama banyak berbicara tentang. Mama selalu ingetin aku untuk tiap selesai sholat berdoa agar aku mendapatkan jodoh yang menyelamtkan aku dan keluargaku (kelak) dunia akhirat. Jodoh yang sudah memiliki pekerjaan dan Mama juga ngga ngeburu-buruin aku buat nikah ternyata hehe.
Sampai saat tertentu, Mama pesan, “Nindy pokoknya sama adeknya kalo nanti sampai Mama Papanya ngga ada, saat dikuburkan jangan ikut pulang sama orang-orang. Bacain dulu kuburnya ayat kursi atau yasin. Itu membantu pas malaikat bertanya.”
Aku sontak, kaget. Tapi kan, Mama emang suka ngingetin aku masalah ginian. Dan ini nikmatku yang menurutku terbesar sepanjang hidupku. Aku punya Mama yang paling ngerti aku, yang selalu ngasih tau hal penting tentang agama, yang ngewanti-wanti aku tentang jodoh, yang selalu ngasih aku support disaat aku terpuruk, yang selalu mau dengerin cerita aku dari mulai cerita yang penting sampe yang absurd sekalipun, yang selalu minta diajarin main instagram sama twitter, yang suka minta anterin beli dvd korea, yang… ah, Mama segalanya buat aku.


I love you, Mama. 

Sebuah Permintaan.

Dulu, saat saya masih SMA.. ada keinginan terbesar Mama yang ingin sekali saya berhasil melakukannya. Menyetir. Ya. Itu cukup sulit untuk saya, karena saya pada waktu itu termasuk anak yang penakut. Jarak rumah saya dan sekolah yang ngga begitu jauh tidak lantas membuat saya tertarik membawa motor ke sekolah.
Pernah suatu ketika, bel sekolah berbunyi pukul 06.45 wib. Tetapi 06.05 wib saya udah sampe di sekolah, lho. Padahal sekolahnya masih sepi banget. Begitu sampe di sekolah, langsung berkabar sama Mama dirumah. Duh, padahal jarak sekolah-rumah itu ngga nyampe 2 kilometer lho.
Mama pengen, saya bisa nyetir mobil. Bagi saya, menyetir bukanlah suatu lifestyle atau sekedar gaya-gayaan. Tapi memang karena butuh. Papa yang dinas di Jakarta, Mama yang masih banyak kebutuhan minta kesana-kemari, jarak kampus yang jauhnya kayak jarak saya sama Didi Riyadi.. jadi alasan yang waktu itu mendorong saya untuk akhirnya kursus menyetir.
Jarak 3 bulan saat SNMPTN saya manfaatkan sebaik mungkin. Seminggu tiga kali les. Dua minggu kemudian langsung dapet mensyen dari Alexandra Asmasoebrata. Ciyus. Kalo ngga salah karena saya masang status tentang pembalap. Wah, karena dapet mensyen dari doi, semakin semangatlah saya les. Begitu selesai les, saya baru tau kalo itu akun fanbasenya. Lemas? Ngga usah ditanya..
Ada satu pesan Mama yang saya ingat sampai sekarang, “Mama cuman pengen Nindy bisa nyetir biar bisa anter Mama kemana-mana. Nggak ngerepotin orang lain..”
Sekarang saya udah masuk fase mending-disetirin-orang. Tapi saya udah janji sama Mama padahal waktu itu saya belom bisa nyetir, “Pokoknya kalo Nindy udah bisa nyetir, Nindy anterin Mama kemana aja..”
Setiap kali males dan mager menyerang, saya berusaha selalu ingat janji saya kepada Mama. 



Senin, 14 Oktober 2013

Jadi Apa?

Pernah tiba-tiba berpikir ngga, tentang masa depan kalian. Kalian bakal jadi apa? 
Kalo saya sih, sering. Sering banget, bahkan!
Dulu waktu masih kecil suka ditanya mau jadi apa--dan of course, ya. Jawabnya seada-adanya. Maksudnya, jawabannya pasti ngga jauh-jauh dari profesi. Atau minimal, jawaban bodoh yang sering saya ucapkan ke orang-orang yang sayapun males ngejawabnya karena emang faktor orang itu yang ngeselin : Saya ngga muluk-muluk, cuman pengen jadi orang berguna.

Jadi apa? Huft. Pertanyaan di dalam nebula otak begitu ingin membuat saya berpikir. Terus-menerus. Saya bakal jadi apa. Randomness, saya pengen bisa lebih sukses daripada orang tua saya saat ini. Bersyukur atas pencapaian sampe hari ini Tentu. Kan ini ngomongin ke depannya, guys..

Kalo ngerasa minder ngga usah ditanya. Artis atau public figure sekaliber Joe Taslim pun pasti pernah minder. Tapi, mama saya sih lebih suka pake minder buat ngehalusin bumbu dapur.
Ntah 3 atau 5 tahun lagi, saya bakal jadi apa.. saya ngga tau. Tapi yang jelas, saya punya rencana. Rencana yang saya tulis dan itu semoga aja cuman Allah swt sama saya aja yang tau apa isinya. Karena di balik doa saya, saya ingin saya masih merintih, saya masih ingin meminta kepada Zat yang bener-bener kuasaNya luas banget, untuk mengijabah doa saya, keinginan saya, rencana saya.

Ntah bakal jadi apa, saya dan teman-teman saya kelak. Tapi yang jelas, saya akan tetawa ketika melihat tulisan ini dan saat saya mengizinkan anak cucu saya membacanya. Mungkin mereka akan menangis atau sebaliknya, ketika membaca tulisan moyangnya yang dulu tak mengira bakal jadi apa..


Orang Hebat.

Menurut kalian--anda, siapa orang yang hebat di dunia ini? (Selain orang tua ya.)
Ayo! Jawab dong. Jangan cuman senyam-senyum aja sambil ngebayangin muka saya (geer edisi model majalah mangle')
Tokoh agama dan sejenna mah pasti atuh, ya.
Yang lain dong. Kemon-kemon-kemon! Tuhkan, malah senyum lebar banget. Aduh, jawab dong. Siapaaaa?!

Kalo saya sih, menurut saya... orang hebat itu definisinya kan beragam ya, teman. Dan (masih) menurut saya, orang hebat itu adalah : orang yang bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu yang berguna (baik untuk hidupnya sendiri, apalagi berguna untuk orang lain, jackpot!

Sederhananya, menurut saya orang hebat yang bisa menginspirasi orang lain itu bisa dikatakan hebat soalnya dia bisa sharing experience dia ke orang lain. Yap! Exprience dia yang mungkin itutuh keadaan titik rendahnya dia dalam hidup, titik dimana dia  jatoh, dia bukan apa-apa dan siapa-siapa, keadaan dimana ada sebagian orang yang ngga pengen diinget-ingetin lagi tentang itu. 
TAPI, dia dengan berbesar hati mau sharing sama anda--kalian! Dengan berbesar hati, dia mau ngebagi aib-nya (jika itu aib), tujuannya cuman satu : dia ngga mau anda--kalian, ngerasa sendirian dan harus stuck disana saat ngadepin keadaan itu. Mungkin ada sebagian yang tujuannya lain, komersil. Tapi percaya deh, jadi orang hebat itu ngga mudah. Ngga segampang nitip absen pas lagi males-malesnya masuk, ngga segampang minta uang ke orang tua. Karena bagaimanapun, sekecil atau sebesar apapun keadaan yang dia alamin (dan dia udah bisa ngelewatin itu), dia cuman pengen ngeyakinin anda--kalian, kalo masih ada langit di atas langit. Masih ada orang lain yang udah ngelewatin keadaan yang kalian alamin sekarang.
Jadi, pesan saya.. hargain orang lain--siapapun dia, yang udah mau bersedia sharing pengalaman idupnya sama kalian. Itu ngga mudah loh, teman.

:">

Kapan harus bersyukur?

Ntah kenapa, tiba-tiba pikiran saya terlalu fokus pada satu titik saat saya sedang membersihkan rumah (baca : nge-lap lemari tipi). Tiba-tiba saya berpikir tentang nikmat, kenikmatan dan dinikmati. Jauh memang, korelasi antara kata-kata yang saya sebutkan tadi dengan : ngelap parabot. Tapi, saya akan deskripsikan itu semua sebentar lagi. Yap. Sebentar lagi.
*menatap ke sekeliling...*

Ini adalah bagian tersulit saat saya mulai menulis. Atau paling sederhananya, saat saya akan menuliskan sesuatu. Atau, paling-paling sederhananya adalah : saat akan memulai sesuatu. Ah, saya terlalu banyak berpikir bagaimana memulai sesuatu yang saya sudah tau kapan harus saya sudahi. Akhiri.
Hellooooow! Tanpa saya sadari ternyata saya memang sudah memulainya daritadi! Dan saya yakin, kalian-anda merasa wasting time banget baca intro posting saya saat ini. Hahahaa. I'm trying to fool you, babe :*

Oke. Lanjut. Waktu itu saya bangun tidur dan sholat shubuh seperti biasa. Suara Mama membahana, tapi beliau selalu membuka pintu kamar saya dengan perasaan. Itu yang membuat saya selalu bersyukur di pagi hari. Allah swt masih memberikan kesempatan kepada saya, di pagi hari yang notabene matahari pun belum muncul dari persinggahannya, dan yang terpenting... saya masih mendengar suara Mama yang membangunkan saya :")
Tidur setelah sholat shubuh memang tidak dianjurkan oleh agama, namun tugas yang akhir-akhir ini membuat otak (dan hati) saya lelah otomatis membuat mata dan teman-teman sejawatnya pun setuju jika saya membiarkan raga untuk terlelap sementara. Saya pun kembali terlelap diiringi channel tipi seorang Ustadz terkenal, Yusuf Mansyur.
Episode mimpi akan saya posting di lain kesempatan ya, teman.
Oke. Suara dua presenter yang cukup gengges membangunkan saya. Ah, !nsert pagi. Saya males-malesan bangun dari tempat tidur. 
Matahari menertawakan saya, pasti.. : "Anak gadis bangun jam segini, apa kata dunia?!", seolah-olah dia berkata seperti itu.
"Helloooo, saya udah bangun tadi. Sebelum kamu bangun, bung!", Cetusku.

Kita tinggalkan obrolan saya dengan Matahari di jendela. Karena saya yakin, kalian--atau anda.. akan memicingkan mata lima menit ke depan jika saya lanjutkan prolog tadi.

Saya dan Mama sudah lama ngga pake jasa --bibi. Itu membuat saya dan Mama sudah tau tugas masing-masing sebelum melanjutkan aktivitas lain. Yap! beberes udah jadi aktivitas rutin di pagi hari. Lucu deh kami, karena kami punya kesepakatan bersama gituloh, teman. Semisal Mama mencuci baju, berarti saya yang bertugas untuk mengelap perabot, menyapu, mengepel sampai membersihkan garasi. Ah, bukannya pengen dibilang riya cerita begini (suka-suka saya dong, ini kan blog saya. Bikin blog sendiri gih, kalo mau curhat juga seperti saya.)
Intinya sih, hari itu jadwal buat mengelap perabot terlebih dahulu. Maklum, umah saya terletak di jalan umum dan siwerannya kendaraan membuat debu terbang kesana-kemari dengan seenak jidat mereka. Kanebo dan air menemani saya. 
Saat mendekat ke arah lemari tipi, saya berusaha buat mengelap debu dan anak-anaknya yang tinggal disana. Tangan kiri saya otomatis melanglang buana. Tapi ternyata nyangkut diantara kabel! Walhasil, tanpa di perintah, tangan kanan saya ikut membantu tagan kiri. Yaaa, bahasa gaulnya sih... tangan kiri-tangan kanan bantu-bantuan #abaikan.

(masih) Tiba-tiba, saya langsung berpikir. Tentang kenikmatan yang Allah swt berikan. Hari ini, baru sekitar 2 jam saya dikasih umur setelah bangun dari tidur semalam. Tapi saya lupa kapan harus bersyukur! MashaAllah...
Dan sekarang saya langsung mikir, saya ngga perlu nunggu waktu dikasih kenikmatan lain kalo mau bersyukur. Shubuh tadi, saya dibangunin sama Mama.. itu nikmat yang sungguh nyata. Saya masih diberi kesempatan buat liat sosok beliau pake mukena, bangunin saya.. (Meskipun kadang suka ngagetin sih) tapi saya harusnya bisa bersyukur.. saya bangun tidur dalam keadaan muslim, Mama yang ngebangunin dan kadang ngagetin itu sebenernya punya tujuan yang nyata : beliau ngga mau saya ketinggalan sholat shubuh, saya dibangunin jam 7 karena denger acara dari tipi (nikmat pendengaran) dan bisa merasakan hangatnya matahari pagi yag ikut-ikutan ngebangunin saya, nikmat masih diberi kesempatan punya tangan kanan-kiri. 

Aaaaah! Teman, pokoknya begitu banyaaaaaak nikmat Allah swt yang (harusnya) kita sadar, kita masih memilikinya. Misalnya, pas bangun-bangun kesempatan kita udah habis buat nikmatin kenikmatan itu. Terus, yang kita lakukan apa? Marah-marah atau malah bersyukur? Bersyukur lebih baik, teman. Mungkin saat kita memiliki kenikmatan itu, kita lupa bersyukur.
Ngga ada kata terlambat untuk bersyukur. Karena dengan bersyukur, kita bisa menjadi pribadi yang mengakui adanya kebesaran dibalik akal pikiran kita sendiri.
Allah swt Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati setiap hambaNya.

Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat ya buat teman-teman yang setia membaca postingan saya.
Barakallah :)

Rabu, 21 Agustus 2013

La Tahzan.

Memantaskan diri sejenak, lalu akan dipantaskan olehNya untuk yang selanjutnya.
Iya, saya punya kebiasaan jelek nih.. kalo abis nonton film atau baca buku, pastilah langsung terjebak dalam emosional para pelakonnya.
Tadi abis nonton sama Mama gitu ceritanya. Yang ditonton filmnya agak-agak sedih sih..
Tapi justru ngena banget. Alhamdulillah ya... abis nonton film ini jadi bisa  mengerti.. rezeki, umur dan jodoh memang udah ada yang ngatur.
Tinggal kita saja yang harusnya memantaskan diri untuk jodoh kita itu.. karena, menurut pembahasan ceramah pagi yang saya dengar, Allah swt itu memberikan jodoh kita sesuai. Sesuai dengan diri kita sendiri, sebenarnya.
Banyak-banyak berdoa aja sisanya, karena jodoh itu hubungannya bukan hanya tentang masa depan. Tapi, dunia-akhirat!

Sahabat. (didedikasikan untuk semua bestfriend di muka bumi)

Saya ingin bertanya..
Apakah kalian memiliki sahabat? Ya, teman yang bisa dibilang cukup akrab dengan kalian..
Teman yang bisa diajak suka maupun duka. Teman yang mengerti kita luar dalam. Teman yang.......... (bla-bla-bla) --sampai halaman ini habispun rasanya ngga mungkin saya bisa menjabarkan definisi sahabat menurut setiap pembaca yang budiman dan setiap orang. Bukankah? :)
Dulu, jaman saya masih pake rok merah dan seragam putih.. rasa-rasanya saya baru mengerti apakah itu arti sahabat.
Sahabat di bangku esde menurut saya adalah teman yang biasa ditelpon setiap malam buat ditanya ada peer atau tidak, untuk keesokan harinya. Atau nih ya, paling maksimal... sahabat adalah teman yang diajak makan bareng keluarga waktu kita lagi ulangtahun. 
Kenapa? Ya, karena menurut kita, sahabat adalah orang lain yang terlahir dari rahim yang berbeda.. namun kita nyaman saat berbagi dengannya. Saya ngga punya satu atau dua sahabat waktu esde dulu. Mungkin karena masih kecil, jadi ya... sahabatnya teh banyak weh gitu. Tapi kalo saya sebutin nama mereka disini, terus someday mereka bakal eksis kan saya juga yang berabe. Hehehe.
Beranjak dewasa-an dikit. Waktu esempe ya...
Sama juga kayaknya sama jaman esde. Saya gapunya satu atau dua sahabat. Tapi tujuh orang malah. Tapi sih, sahabat saya waktu esempe yang paling ngerti saya emang cuman buku diary. Yang malah saya sempet nulisnya --diare.
Bukan ngga mau berteman deket sama seorang aja atau gimana. Tapi ya, mungkin emang lagi seneng-senengnya abring-abringan lah ceuk urang sunda mah. Sampe kalo ngegebet kakak kelas aja pas lagi sharing gitu, eh ternyata orangnya samaan. Elah dalah banget deh pokoknya..
Beranjak esema nih.. saya masih ngga punya sahabat yang deketnya gimana banget gitu. Eh, ada sih.. dan kayknya masih lanjut sampe sekarang lo. Namanya Andani.Pokoknya alhamdulillah banget deh dikasih kesempatan buat kenal sama cewek hard worker satu ini. Salut! Itu juga deketnya pas kelas dua. Tapi, syukron ya sis.. sampe sekarang masih suka komunikasi..

Pindah jaman nih, ke jaman yang lebih moderenan dikit. Kuliah.
Wahh, kejam banget tuh, dunia kuliah menurut saya. Ngga seperti yang mama bilang setiap liat tas saya yang serupa koper katanya..
 "Nindy, engkau bawa buku banyak betul.. apa baju tuh? Nak pindah rumah?"
Waduh, kalo mama udah nanya gitu tandanya tas saya ini gede banget. Mau ke kampus tapi tas kayak mau ikut acara jika-aku-menjadi.
Kejamnya sebelah mana nin? heehe, sampe lupa tadi kita ngomongin sahabat ya...
Iya, jadi menurut saya sih sekejam-kejamnya jaman pendidikan saya 12 taun nih.. kayaknya kuliah ini deh yang paling kejam.
Dulu, sering dipesenin sama guru-guru pas waktu masih esde diiiiiiiii-setiap pelajara bahasa Indonesia.
"Kita ngga boleh memilih-milih teman ya.."
Tapi beranjak gedean dikit, ada.... aja pepatah yang bilang, "teman atau sahabat kita itu adalah cerminan diri kita, cerminan pribadi kita. Bertemanlah dengan penjual minyak wangi, maka akan tertular wanginya. Jika berteman dengan penjual minyak tanah, maka...."

Kira-kira intinya kan gitu ya. Selama ini, saya belum pernah sedikitpun dekeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet banget sama orang lain (cewek) kecuali tante fera. Mungkin karena tante fera masih keluarga juga, jadinya nyaman aja sharing sama dia. Usianya juga ngga jauh beda.

Teroret, akhirnya kenal juga sama Chitra. Dan ternyata, Chitra ini temen deketnya Andani waktu esempe. Mungkin ini yang namanya kejutan Illahi ya..

Sama Chitra, saya belajar saling memahami, saling mengerti, saling support bahkan saling ngasih kritik dan saran (udeh kayak program tipi). Meskipun kita berdua deket, tapi kita masih ada jarak lo. Tapi justru, ini yang kita suka. Kita berdua masih sama-sama punya kehidupan pribadi. Masih punya keluarga, masih punya masalah atau kegemaran lain yang kita berdua ngga bisa saling masuk.. tapi justru itu enaknya. Jadi setiap ketemu, pasti ada aja yang diceritain. 
Meskipun rumah kita sama-sama di Bandung, tapi intensitas kita ketemu normal banget (dalam artian yaaa bakal ketemu kalo bener-bener sama-sama punya waktu luang). Dan Chitra juga yang ngajarin saya secara ngga langsung.. gimana rasanya punya sahabat.

Definisi sahabat masa kini sudah bergeser teman, banyak faktor yang menjadikannya seperti itu. Sahabat tidaklah harus orang yang selalu ada di sampingmu saat kamu bersedih (karena mereka juga memiliki kehidupan lain yang mungkin, lebih penting dari kita..). Sahabat juga bukan orang yang bajunya, kegemarannya, makanan kesukaannya, seragam sama kita. Tapi sahabat adalah, orang yang bersedia mendengar kisahmu HANYA saat kamu ingin benar-benar membaginya. Jikapun ia sedang sibuk karena tak sempat membalas pesanmu, maka ia akan segera mengajakmu bertemu setelah urusannya selesai. Sahabat juga orang paling memaklumkan, semangat mendengarkan sampai... mensupport kita saat sedang bercerita tentang mimpi atau sekedar khayalan kita. Sahabat adalah orang yang tepat memberikan ekspresinya saat kamu tertawa lega, bahkan menangis marah di hadapannya. Dan, ia tau pasti.. kapan harus berkomentar, beropini, atau hanya sekedar tersenyum mendengarkan curhatanmu. Sahabat masa kini ngga lagi sahabat yang bisa diajak susah maupun senang loh sis, mereka kan bukan pendamping hidup kita kelak.. Ya, lebih baik berbagi kebahagiaan daripada berbagi kesedihan melulu, bukankah? :')
Dan yang paling penting adalah, ia tak pernah segan membelamu saat kamu dipermalukan atau... ia tak pernah punya niatan untuk menusukmu dari belakang. Karena seperti yang Dewi Lestari katakan : dia malaikat, tak bersayap :)

Sungguh hanya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang mengerti isi hati setiap hambaNya.


Rabu, 14 Agustus 2013

Smoke and No Smoking.

Sudah lama saya benci pada benda satu ini. Sampai lupa kapan saya dibuat benci olehnya. Banyak alasan mengapa saya tiba-tiba ingin sekali bercerita tentang benda ini.
Rokok. keluarga saya cukup dekat dengan rokok. Duu, mbah dan om saya adalah perokok. Cukup aktif, udah ngalahin siswa yang ikutan organisasi di sekolah deh aktifnya..
Tapi sekarang mbah udah berhenti jadi perokok. Katanya udah ngga kuat. Om juga udah berhenti, badannya jadi sehat. Jadi segar. Nampaknya dia berhenti sejak anaknya beranjak 3 tahun.
Tapi sangat disayangkan, kakek adalah perokok. Cukup berat. Bagi kakek, rokok dan kopi terkadang sudah membuatnya kenyang. Terkadang ingin sekali rasanya menjahili beliau. Ingin aku sembunyikan sekotak rokoknya, emmm... atau minimal aku sembuyikan saja mencisnya. Hihihihihi
Akhir-akhir ini gencar sekali berita tentang anti rokok. Aku ingin sekali bergabung, tapi ngga mungkin.
Daridulu, sejak aku SD... aku ingin sekali menjadi Duta Anti Merokok nasional. Tapi mana mungkin hal itu bisa terjadi, sementara keluargaku saja masih ada yang menjadikan rokok sebagai belahan jiwanya.
Ironis memang, jika aku sedang gencar-gencarnya menahan orang lain untuk tidak merokok dan menjauhi teman-temanku disaat mereka sedang merokok, sementara kakek ku merokok. 
Ingin sekali rasanya aku berbicara tentang keinginanku menjadi Duta Rokok pada adik kesayanganku. Satu impiku, jangan sampai dia mengenal rokok. Karena bagiku rokok bukan hanya pengisi waktu semata. Tapi rokok adalah bara untuk membakar uang. Jika merokok sebungkus bisa dihabiskan seminggu, berapa banyak uang jajanmu yang kau habiskan sebulan, 3 bulan bahkan setahun.
Adikku sedang beranjak remaja, teman. Aku sayang padanya. Aku cemas jika ia bergaul dengan teman-temannya yang lebih dulu mengenal rokok. Untuk itu, aku sangat galak padanya jika aku mencium aroma rokok dari bajunya.
Orang tuaku memang bukan tipe orang tua yang melarang keras. Mama, hanya ingin tau sebenernya dia merokok atau tidak..dan beliau hanya ingin tau dari adikku langsung. Padahal sebenarnya Mama sudah sejak lama mengetahui adikku terkadang merokok. Terbukti, jika dia sedang sakit batuk, batuknya beda. Apalagi aku yang sudah sejak lama mengetahui ciri-ciri orang merokok. Maklum, temanku yang merokok kan, bukan hanya seorag dua-orang saja. Terlebih, pernah ada temanku yang merokok ketika dia sedang menumpang buang air di toilet kosanku. Sejak saat itu, bisa dibilang aku sangat membenci yang namanya rokok. Bikin sesak saja, masbro.
Namun, industri rokok di Indonesia sangat maju. Bagimana tidak, harga sebungkus rokok disini sama dengan dua sampai iga bungkus rokok di Singapura. Dan lagi, industri rokok di negara ini menyumbang pendapatan. Jadi, terkadang justru yang demo anti rokok mendapatkan perlawanan keras dari perokok itu sendiri.
Sudah banyak juga upaya pemerintah menertibkan perokok aktif di negara ini. Maklum, banyaaaaaaaaaaaak sekali orang-orang yang jago dalam hal merokok. Bisa merokok sambil berdiri, bahkan berjalan sekalipun. Untuk itu, pernah ada proyek pembangunan ruang khusus untuk perokok. Tapi....., ya sudah rahasia umum lah ya hasil dari proyek itu apa. hehe. Sedih sih, tapi mau gimana lagi.
Naif jika saya berkata saya membenci perokok (meskipun sedara tadi saya mengucapkannya) hehehe. Mengapa? Ya sudah jelas, kakek saya perokok aktif. Adik saya yang beranjak remaja yang terkadang main ucing sumput jika merokok. Apakah saya membenci mereka juga? Tentu tidak. Namun, saya membenci kebiasaan mereka, yaitu merokok. Kenapa ngga diganti sama permen aja, sih? Sungguh pertanyaan yang sangat kekanak-kanakan.
Tapi jujur deh, cowok kece itu... bakal lebih kece lagi kalo ngga merokok. Artinya dia sudah berpikir panjang. Bukan untuk orang lain, bukan pula untuk keluarga maupun orang-orang yang berada di sekitarnya jika ia sedang merokok. Tapi untuk dirinya sendiri. Dia akan jauh lebih sehat, lebih bugar dan paru-parunya akan berfungsi secara optimal.
Pengetahuan saya tentang rokok, merokok maupun bahaya merokok memang masih sangat dangkal, namun setidaknya saya mencoba untuk berbagi dengan kalian semua.
Dan mungkin memang beum waktunya saya menjadi duta anti rokok nasional, iya.. selama masih ada keluarga (dekat) saya yang masih menjadi perokok aktif..




Minggu, 07 Juli 2013

Crayon (Edisi : Fella Saiyati Part I)

Seharusnya, waktu kemarin-kemarin...mbak Ashanty ngga lupa buat ngundang Fella alias Fey alias Mpey. Well, hi! Aku kembali. mungkin malem ini agak produktif ya dibanding hari-hari lain. Karena mungkin yaaa, malem ini punya banyak kesempatan. Kesempatan atas nama waktu, inspirasi dan rasa kangen kaliya. #cailah
Di awal, aku bilang kalo "seharusnya ashanty ngga lupa buat ngundang fella.", Yap! temenku yang satu ini mirip (dikit, gausah banyak-banyaklah ya) sama ashanty. Namanya Fella. Bukan Fella Adinda yang eksis di twitter akhir-akhir ini, tapi Fella Saiyati. Yang eksis di Kiaracondong, Bandung.
Fey emmm, tapi kayaknya lebih enak manggil Mpey ajadeh ya..soalnya Mpey adalah panggilan kesayangan anak-anak. Semacam makanan khas Palembang. Mpey-Mpey.
As always aku bakal bercerita tentang dia. Tentang (sedikit) kehidupan pribadinya. Tentang kebiasaannya daaaaan, kesan selama ini aku kenal sama Mpey. Ready?
Sebelumnya, aku bakal ngasih penampakan Mpey deh. Pembaca yang budiman bisa cek @felafey di akun twitter masing-masing. Sekalian stalkingin doi juga ngga papa. Inget ya, stalking boleh. Colek jangan. Maklum, udah punya ekor bok. Namanya Doni. Tapi aku prefer manggilnya Bang Doni. Soalnya Bang Doni mirip abang-abang? No! Bukan! Tidak! Eh, bisa-bisa jadi... (Pey, ini just kidding ya pey. Ya, masih sodaraanlah sama just alpukat)
Mpey ini....layaknya cewek bandung pada umumnya. Suka jajan, suka shopping, tapi....yang terpenting 2013 adalah.....Mpey suka tutut. Yap. Buat yang belum tau, tutut itu apa... nih aku kasih liat.

 

Penampakan tutut kesukaan Mpey. Kiri : Tutut Dalam Mangkok Putih. Kanan : Isi Tutut.

Tutut kesukaan Mpey ini adalah masakan khas Indonesia. Ada juga sih, di Paris. Tapi namanya kerenan dikit. Escargot (eskargo). Cuman kalo Escargot menurutku sih lebih mirip gong-gong khas kepulauan Bintan ya. Soalnya kalo tutut tuh bentuknya lebih kecil, cangkangnya cokelat tua atau hitam logam. Dan terdapat di areal persawahan. Kalo gong-gong kan, di laut. Tapi kalo soal rasa, boleh deh............................................................................, tanya sama Mpey.
Aku ngga tau sampe kapan Mpey bakal suka tutut. Tututnya sih ngga salah. Salahnya tuh ya, kalo Mpey lagi ngidam. Apalagi kan tutut jarang didapet (buat yang tau rasa, tutut itu enaknya kalo dimasak ala-ala rumahan gitu terus dimasaknya harus sama ibu-ibu, kurang nyusahin apalagi coba.)
Mpey rela naik ke arah Punclut, masih kawasan Bandung..buat nyari tutut. Udah ngga paham lagi sebenernya sama Mpey. Tapi beneranlah, Mpey itu kalo lagi kepengen banget makan yaaaaaa.....harus banget makan. Usut punya usut ternyata Mpey punya anemia yang cukup.........ya. Begitulah.
Mpey ngga boleh telat makan. Tidur harus cukup. Dan yang pasti adalah............., kita ngga bisa marah atau kesel sama cewek unyu satu ini. Kadang kalo Mpey lemotnya kumat....kita cuman ngelus dada doang (dada ayam).
Gatau juga ya kenapa tapi yang jelas mukanya udah kayak adiknya Giant aja kalo udah minta jelasin sesuatu yang-dia ngga ngerti, tentunya.
Tapi ya itu tadi, kita ngga bisa marah. Pilih deh. Mending marah atau kesel (pas Mpey lagi ngga ngerti) sembari kita harus jelasin lagi....atau mending ngga marah&ngga kesel sembari jambak rambut Mpey? Aku sih mending yang kedua.
Ohiya, Mpey ini punya darah jawa juga loh. Tapi dia jarang ke Jawa. Gatau deh kenapa, mungkin karena nanti takut banyak yang minta poto bareng kaliya.
Naaaaaaaaaaah, Mpey pernah cerita! kalo dia pernah ke salah satu resto cepat saji di daerah buah batu bandung. Pas ngantri buat mesen, mas-masnya langsung bilang gini : "Eh, Ashanty ya? Adeknya ya? Sodaranya yaaa..."
Dan aku hapal bener, gimana ekspresi muka Mpey. Cubuls eaaa Mpey. Mending deh dibilang mirip Ashanty. Bukan Raul Lemos.
Mpey kalo ngomong lemesssss banget. Tapi kadang suka gordes juga. Yaaaaa, ibarat volume di tape buat senam jumat pagi.....Pey itu kayak lagunya Siti Badriah yang judulnya Berondong Tua.
Buat yang bener-bener penasaraaaaaaaaaaaaaaaaaan tingkat jabodetabek sama Mpey, yaaa monggo bisa di cek en ricek di twitternya.

Mungkin buat edisi Fella Saiyatinya....sekian dulu. Next time lanjut lagi. 
Miss you, Fellashanty! <33









Crayon (Edisi Chitra Yustiesa Part II)

Hallo sahabat Talkagrin, kali ini aku mau cerita (masih) tentang crayon. Eyyyyym... gausah dijelasinlah yaaa crayon itu apa hehehe. Buat yang udah baca Crayon edisi Chitra Yustiesa Part I pasti udah pada paham banget (ngalahin paham liberal) tentang arti Crayon~
Untuk part kali ini, aku mau cerita tentang hobinya Chitra. Yap. Kenapa tiba-tiba ngomongin hobi? Karena menurutku, hobi adalah hal menyenangkan yang bisa kita lakuin disaat kita punya banyaaaaaaaaaaaak waktu luang. Nah, biasanya definisi hobi kan semacam begitu yaaaa, melakukan hal yang disukai. Tapi kalo ini........................gatau deh ya hobi atau bukan. Kalo hobi orang-orang kan macem-macem tuh. Ada yang hobinya berenang, bantuin ibu di dapur, sampai hobi menabung (di kamar mandi).
Chitra selaku teman yang paling rapet denganku (udah ngalahin rapet wangi deh pokoknya), dia punya hobi.......................................................................tisoledat.
Yap!
Apasih nin? Tisoledat?
Hemmm, tisoledat itu artinya fall because wrong step. Kadang kalo udah sampai level akut, bisa tikusruk tuh. But, so far.... Chitra baru sampe level 3 deh. Ngga parah-parah amat soalnya dia ngakunya ngga pernah tisoledat atau tikusruk tuh kalo lagi jalan sama yang selain aku. Sedih ngga sih? Kesannya aku tuh batu penghalang banget.. #apasih
Oh iya, tapi sebenernya tikusruknya Chitra ini pernah membuat aku ngalamin kejadian aneh. Tapi, gapapa juga sih kalo diulang.. #eh
Jadi gini, waktu itu kira-kira....jam sholat maghrib. Kebetulan aku sama Chitra baru aja dari sebuah tempat di Bandung yang menjual barang-barang elektronik yang terletak di jalan purnawarman. Tebak dong, aku nemenin Chitra buat apa? Beli henpon? Bukan. Servis henpon? Bukan (servis hati dulu ajadeh ya). Ayoo dong tebak. Hemmm.. apaya? Oh...liat-liat gadget? Nah, mending tuh kalo alesan kesananya begitu. Mayan bagus. Ini........................., beli nomer perdana. Iyap! Karena yaaaa itu..di part I kan udah aku bilang kalo Chitra itu emang kebiasaan punya nomer henpon yang belakangnya kudu 19nya. Nah.........
Jeng-jeng, karena udah masuk maghrib..jadi aku suruh Chitra buat shalat di mushalla sekitar Gramed. Okesip. Aku nunggu di luar, karena lagi halangan. Kisah dimulai!
"Wah, ada kursi.. sayang kalo didiemin. Nasi aja kalo didiemin jadi dingin. Hati aja kalo didiemin bakal (yaudahlahyah)", ujarku dalam hati.
Setelah ambil posisi wenake puoool, dan duduk dengan anggunnya ngalahin siti ruby aliya rajasa... aku ngeluarin henpon.
Biasaaaa, balesin pesan singkat yang daritadi minta banget dibales. Pandangan sepenuhnya tertuju pada henpon dan....payungnya Chitra.
TIBA-TIBAAAAAAAAA
"Perasaan ada yang lagi liatin aku deh.. Okesip nin, cuman perasaan doang. Jangan geer dong.", Ujarku..masih dalem hati.
Tapi perasaan dalem hati ini kalo didiemin lama-lama jadi ngga enak. Akhirnya aku memutuskan buat menengadahkan kepala. Ke arah.kiri.
Terlihat seorang mas-mas muda, senyum. Errrr, lebih tepatnya sedikit nyengir. Ke arahku! Yap!!
"Eh, dia nyengir ke arahku kan?", Ujarku.....lagi dan lagi didalem hati, saja. Iyaaaakok! ke arahku. Ngga salah lagi.
Dengan tampang pemeran utama cewek-ftv-yang-baru-ketemu-cowok-lawan-mainnya, aku liat muka masnya. Terus daripada geer, aku liat ke arah belakangku. Takutnya, masnya senyum ke orang yang di belakang, Dan dengan muka ala-ala Farhat Abbas, aku pede aja gitu senyumin balik...NO! BIG NO NO!
Karena aku pikir bukan senyum ke arahku, jadi aku woles aja gitu. Lanjut mainin henpon. Tapi.................semakin dicuekin mas-mas ini malah bikin perasaan aku ngga enak. AHA! Mungkin dia mau duduk kali ya (karena kebetulan saat iu aku sedang duduk dan bangkunya memang hanya ada 1, jadi kuputuskan untuk menengadahkan kepala dan...........)
"Masnya mau duduk ya?", Ujarku. Kali ini ngga dalem hati.
"Eh, engga kok mbak.", Masnya jawab masih pake senyum 8jari. Udah ngalah-ngalahin senyum sumringah penganten baru deh pokoknya. Ciyus!
Karena masnya bilang ngga mau duduk. Yaudah aku woles lagi. Tapi kali ini wolesnya agak kejam sih, emmm...wolesnya sambil pasang muka plisdeh-mas-gue-takut-loh-sebenernya.
Setelah beberapa milidetik diem..
"Sendirian aja mbak?", Masnya tiba-tiba nanya. Oke fix! gue-harus-mencengkram-erat-tas-dan, payung Chitra, tentu.
"Hm? (nunjuk idung), i-iya.", Jawabku. Sedikit heran. Dan takut. Udah kebayang aja kalo ternyata masnya ini agen Uya Kuya yang ngetes ke-geer-an seseorang. Atau ngga, jangan-jangan agen uang kaget yang suka ada di trans7. Tapi............., YAKALEEEEEEEEE. Akhirnya prasangka terakhir adalah : jangan-jangan masnya ini lagi shooting ftv judulnya "cintaku datang tiba-tiba di lorong jalan menuju mushalla." eh tapi bentar...bentar. Ngga ada kamera tuh! #udahgapahamlagi
Aku masih diem selanjutnya. malah sekarang diemnya parah. Sambil menatap ke depan. Ke etalase produk teh. Sembari membaca tulisan "ngamen gratis!". Loh, kalo ternyata duit ngamennya dipake buat beli teh, gimana? #mbuhlah
Aku masih diem. Masnya masih terlihat senyum-senyum ke...................., tentu saja arahku!
"Lagi nungguin temennya sholat ya?", Masnya nanya lagi. Dan aku-pengen-banget nanya sama Chitra kok sholatnya lama banget, apa nggak sekalian sholat tahajjud ajanih biar masnya ini nanya nomer-yang-bisa-dihubungi. Grrrrrr~
"Eh? I-iya.", Jawabku singkat. Sesingkat masa PDKT anak SMP.
Muka masnya langsung berubah seketika begitu aku menjawab i-iya. Masnya cemberut dan akupun bingung.
Sesaat kemudian, datanglah mas-mas lain. Kemudian akhirnyaaaaa mas-mas yang senyum sama aku pergi dengan mas-mas itu. Sambil cemberut, tentunya. Aku pun semakin bingung.
Bingungnya gini loh.. dia yang tiba-tiba dateng, tiba-tiba senyum, tiba-tiba nanya aja gitu kayak wartawan..terus tiba-tiba cemberut kayak anak kecil yang ngga dibeliin mainan sama emaknya..
Sejurus kemudian, Chitra dateng! Yeay..
Aku pun berdiri dan beranjak dari bangku pinjeman. Baru aja jalan 5 langkah (tanpa diiringi lagunya uut, tentu)
"Chit! Kamu harus tauuuuu..."
"AWWWW!!!"
Chitra tetiba ilang, ngga ada di sebelah aku. Untung aku punya inisiatif tinggi. Setinggi menara Pisa.
Chitra tersungkur di belakang. Dan kalian tau? Dia ngga bangun. Aku langsung sekuat tenaga agung herkules mencoba buat meraih tangan Chitra. Orang-orang di sekitar : "Ngga sakit ya neng, kuat ya..." , "Plis deh bapaaaak, yang namanya jatoh mana ada yang ngga sakit, minimal nyeri. Jatoh yang ngga sakit ada tuh pak. Jatoh cinta.", Ujarku. Kali ini dalam hati saja.
Akhirnya kami makan es krim untuk sejenak melepas lelah sehabis berlari menghindari hujan yang turun rintik-rintik. 
Oke shayyyyyy, untuk kali ini... edisi hobinya Chitra, cukup ya. Next time bakal lanjut sama edisi yang lain. Atau bahkan sama personil Crayon yang unyu-unyu.

















Minggu, 23 Juni 2013

Crayon (Edisi Chitra Yustiesa part I)

Crayon. Saya pikir crayon adalah salah satu dari jenis dari alat pewarna di dunia ini. Kenapa harus crayon?Karena saya terbiasa menggambar menggunakan crayon, as simple as that. Dan mungkin arti harfiahnya adalah: dalam Crayon, postingan yang saya ceritakan berisi orang-orang yang selama hampir 3 tahun ini mau menerima saya, mau mengenal saya, dan mau menganggap saya sebagai bagian dari hari-hari mereka. Mereka yang selama ini memberikan banyak warna dalam hidup saya, dan sampai kapanpun saya nggak akan pernah lupa sama kemurahan hati mereka yang mau nrima saya yang kadang bikin urat malu orang-orang kembali ketat ketika berada didekat saya.

Mungkin ini postingan saya yang saya anggap pertama.
Disini saya mau nyeritain tentang seseorang yang sudah sudi untuk mau mengenal saya, menjaga hati saya, mengerti saya apa adanya, menangis dan tertawa didepan saya, gila-gilaan bareng saya. Pokoknya, dia sodara lain ayah lain ibu deh bisa dibilang..
Saya mau nulis tentang dia untuk edisi pertama karena menurut saya, dia adalah cewek ter-harus banget move on 2013. Kenapa harus banget ter-move on? Yaampun, kuriositi kalian tinggi bangeeeet. Kalo kata anak muda 2012 tuh ya, KEPO. --Skip.

Nama cewek ini, Chitra Yustiesa. Dia pernah njelasin tentang arti namanya. Tapi kalo ngga salah tuh ya, di jawa arti dari Chitra itu dandan, atau merias diri. Ngga tau deh di Bandung artinya apa (diusahakan menghindari kata cantik  soalnya kasian kalo idungnya terbang).
Chitra lahir di Bandung. Dan kadang saya lupa tanggal lahirnya dia tuh berapa. Bukan ngga peduli sama sahabat sendiri, tapi mungkin udah terlalu banyak angka saham yang saya ingat (ngeles, kayak asep bajaj). Belakangan, dia sering bilang kalo dia tuh senenggggggggggg banget sama angka 19, karena itu tanggal lahirnya dia. Contohnya aja, dia kan pake provider XL TUH, nah sering nihya pada saat tertentu di provider ini tuh lemah tak berdaya menghadapi persaingan perebutan sinyal nasional. Saya suruh aja Chitra berpindah ke lain hati, move on gitu. Nomer perdana kan dimana-mana banyak. Tapi sampe 2 minggu ga ganti-ganti karena persoalan serius bagi Chitra. Tebak, apa coba? Yap! Dia nyari nomer perdana yang belakangnya 19. Katanya sih biar mudah diinget.
Tapi, sebagai sahabatnya yang ngerasa gue-harus-peka. Ada apa nih, dibelakang-angka-19? Jeng-jeng ternyata eh ternyata, itu tanggal lahirnya doi. Dan semenjak saat itulah tanggal 19 Februari terngiang-ngiang sebagai tanggal lahirnya Chitra Yustiesa... (Jelasin tanggal lahirnya aja pake riwayat dulu. Ini belum termasuk sama cerita tahun lahirnya...loh.)
Mungkin sebelu saya ngejelasin tahun lahirnya Chitra, saya mau ngeliatin penampakan Chitra dan Saya (tentunyaaaaa). Foto ini diambil kira-kira pas maghrib didepan KFC Merdeka, Bandung (cuma numpang parkir) demi ke BEC buat beli nomer perdana yang ada 19 di belakangnya.

(Ini foto pertama, saya masih terlihat sopan dan bersahaja. Sedangkan Chitra, yunolah. Tapi ini masih level 3. Ibarat Maicih ini masih pedes yang biasa aja)


Ini ngegambarin kalo saya terlihat seperti kakaknya Chitra. Iya ngga sih? Atau perasaan saya aja kaliya (Iya kok nin, perasaan doang. Ohiya, ini masih level 5 ya. Pedesnya sedang..) 


Nah! Yang ini, level 7 setengah. Versi ponten ulangan bahasa sunda.

Chitra itu cantik. Cantik itu kan dari hati, dan relatif kalo dilihat dari fisik. Ah, tapi apapun itu.. cantiknya udah kesebut dong! besok tinggal nunggu idung Chitra ilang aja..
Lanjut cerita tentang tahun lahirnya Chitra. Well, ini kayaknya hal ter-important 2011 deh. Chitra itu lahiran tahun 1993. Tapi yaa kalo dari segi muka sih tetep aja seperti lahiran 1992, iya ngga? (masih mending chit, aku ngga bilang nampak-seperti 1989).
Ohiya, Chitra itu punya suara sopran. Suaranya bagus, ngga salah kalo gabung sama paduan suara mahasiswa di kampus dan baru taun 2012 kemarin berangkat ke Korea buat ikut kompetisi disana. Aku bangga jadi sahabat Chitra. Kenapa? soalnya, dia ada saat aku seneng atau aku lagi pengen nangis sejadi-jadinya (meskipun ga pernah nangis sembari jejeritan depan dia, takut dia takut. itu alasanku.) Iya, dia selalu ngasih masukan, meskipun kata-katanya sepedes apapun itu ngalahin Maicih level 10 sekalipun. Tapi, aku enjoy aja soalnya dia emang bicara apa adanya.
Beberapa kali saya main ke rumah Chitra. Dan setiap kesana selalu ketemu sama Papa dan Adeknya yang MIRIP banget sama dia (awalnya saya kira Chitra itu kembar identik beda 2-4 tahun). Ternyata itu adeknya, bukan sodara kembarnya. MIRIP banget sih. Siapa suruh mirip-mirip banget?! (kenapa jadi marah-marah nin...)
Ohiya, Chitra itu sahabat temen saya SMA, waktu si temen saya itu masih SMP (semoga pembaca diberi petunjuk agar mengerti kalimat barusan, yang saya sendiri males buat ngulanginnya lagi.)

Mungkin untuk edisi Chitra Yustiesanya dipending dulu ya endingnya. See you, soon!
(NB : Chittttt, lo yang pertama ditulis!!! Hemejing kan?)







Kenapa harus TALKAGRIN?

Kenapa sih, harus TALKAGRIN? 

Mungkin pertanyaan itu mencuat setelah kalian --pembaca yang budiman, melihat judul blog saya. Alasan saya simple. TALKAGRIN itu singkatan. Semacam ABRI untuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau CLBK untuk Cinta Lama Bersemi Kembali. Atau lagi, semacam YOLO, yang sering disebut para eksekutif-eksekutif muda belakangan ini. Kepanjangannya, You Only Live Once. Semacam mengandung arti kalo hidup itu gaboleh terlalu selow kaliya...
Balik lagi, TALKAGRIN adalah kepanjangan dari Talkative And Grin. Anak emoticon pasti tau banget nih..
Yap! Talkative itu artinya bawel atau cerewet. Tapi, saya disini pengen ngimbangin bawel dan cerewetnya saya itu dengan Grin atau BIG Grin, atau arti harfiahnya kira-kira bisalah yaaa buat orang lain nyengir.
Awalnya saya mau kasih judul TALKASMART. Tapi, kan kalo Smart kesannya saya titisan Einstein banget.  Kesannya jenius gituuu. Yaaaa, cuma merendah (untuk meroket) ajasih sebenernya.

Well, welcome to my life lah yaaa...