Rabu, 21 Agustus 2013

La Tahzan.

Memantaskan diri sejenak, lalu akan dipantaskan olehNya untuk yang selanjutnya.
Iya, saya punya kebiasaan jelek nih.. kalo abis nonton film atau baca buku, pastilah langsung terjebak dalam emosional para pelakonnya.
Tadi abis nonton sama Mama gitu ceritanya. Yang ditonton filmnya agak-agak sedih sih..
Tapi justru ngena banget. Alhamdulillah ya... abis nonton film ini jadi bisa  mengerti.. rezeki, umur dan jodoh memang udah ada yang ngatur.
Tinggal kita saja yang harusnya memantaskan diri untuk jodoh kita itu.. karena, menurut pembahasan ceramah pagi yang saya dengar, Allah swt itu memberikan jodoh kita sesuai. Sesuai dengan diri kita sendiri, sebenarnya.
Banyak-banyak berdoa aja sisanya, karena jodoh itu hubungannya bukan hanya tentang masa depan. Tapi, dunia-akhirat!

Sahabat. (didedikasikan untuk semua bestfriend di muka bumi)

Saya ingin bertanya..
Apakah kalian memiliki sahabat? Ya, teman yang bisa dibilang cukup akrab dengan kalian..
Teman yang bisa diajak suka maupun duka. Teman yang mengerti kita luar dalam. Teman yang.......... (bla-bla-bla) --sampai halaman ini habispun rasanya ngga mungkin saya bisa menjabarkan definisi sahabat menurut setiap pembaca yang budiman dan setiap orang. Bukankah? :)
Dulu, jaman saya masih pake rok merah dan seragam putih.. rasa-rasanya saya baru mengerti apakah itu arti sahabat.
Sahabat di bangku esde menurut saya adalah teman yang biasa ditelpon setiap malam buat ditanya ada peer atau tidak, untuk keesokan harinya. Atau nih ya, paling maksimal... sahabat adalah teman yang diajak makan bareng keluarga waktu kita lagi ulangtahun. 
Kenapa? Ya, karena menurut kita, sahabat adalah orang lain yang terlahir dari rahim yang berbeda.. namun kita nyaman saat berbagi dengannya. Saya ngga punya satu atau dua sahabat waktu esde dulu. Mungkin karena masih kecil, jadi ya... sahabatnya teh banyak weh gitu. Tapi kalo saya sebutin nama mereka disini, terus someday mereka bakal eksis kan saya juga yang berabe. Hehehe.
Beranjak dewasa-an dikit. Waktu esempe ya...
Sama juga kayaknya sama jaman esde. Saya gapunya satu atau dua sahabat. Tapi tujuh orang malah. Tapi sih, sahabat saya waktu esempe yang paling ngerti saya emang cuman buku diary. Yang malah saya sempet nulisnya --diare.
Bukan ngga mau berteman deket sama seorang aja atau gimana. Tapi ya, mungkin emang lagi seneng-senengnya abring-abringan lah ceuk urang sunda mah. Sampe kalo ngegebet kakak kelas aja pas lagi sharing gitu, eh ternyata orangnya samaan. Elah dalah banget deh pokoknya..
Beranjak esema nih.. saya masih ngga punya sahabat yang deketnya gimana banget gitu. Eh, ada sih.. dan kayknya masih lanjut sampe sekarang lo. Namanya Andani.Pokoknya alhamdulillah banget deh dikasih kesempatan buat kenal sama cewek hard worker satu ini. Salut! Itu juga deketnya pas kelas dua. Tapi, syukron ya sis.. sampe sekarang masih suka komunikasi..

Pindah jaman nih, ke jaman yang lebih moderenan dikit. Kuliah.
Wahh, kejam banget tuh, dunia kuliah menurut saya. Ngga seperti yang mama bilang setiap liat tas saya yang serupa koper katanya..
 "Nindy, engkau bawa buku banyak betul.. apa baju tuh? Nak pindah rumah?"
Waduh, kalo mama udah nanya gitu tandanya tas saya ini gede banget. Mau ke kampus tapi tas kayak mau ikut acara jika-aku-menjadi.
Kejamnya sebelah mana nin? heehe, sampe lupa tadi kita ngomongin sahabat ya...
Iya, jadi menurut saya sih sekejam-kejamnya jaman pendidikan saya 12 taun nih.. kayaknya kuliah ini deh yang paling kejam.
Dulu, sering dipesenin sama guru-guru pas waktu masih esde diiiiiiiii-setiap pelajara bahasa Indonesia.
"Kita ngga boleh memilih-milih teman ya.."
Tapi beranjak gedean dikit, ada.... aja pepatah yang bilang, "teman atau sahabat kita itu adalah cerminan diri kita, cerminan pribadi kita. Bertemanlah dengan penjual minyak wangi, maka akan tertular wanginya. Jika berteman dengan penjual minyak tanah, maka...."

Kira-kira intinya kan gitu ya. Selama ini, saya belum pernah sedikitpun dekeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet banget sama orang lain (cewek) kecuali tante fera. Mungkin karena tante fera masih keluarga juga, jadinya nyaman aja sharing sama dia. Usianya juga ngga jauh beda.

Teroret, akhirnya kenal juga sama Chitra. Dan ternyata, Chitra ini temen deketnya Andani waktu esempe. Mungkin ini yang namanya kejutan Illahi ya..

Sama Chitra, saya belajar saling memahami, saling mengerti, saling support bahkan saling ngasih kritik dan saran (udeh kayak program tipi). Meskipun kita berdua deket, tapi kita masih ada jarak lo. Tapi justru, ini yang kita suka. Kita berdua masih sama-sama punya kehidupan pribadi. Masih punya keluarga, masih punya masalah atau kegemaran lain yang kita berdua ngga bisa saling masuk.. tapi justru itu enaknya. Jadi setiap ketemu, pasti ada aja yang diceritain. 
Meskipun rumah kita sama-sama di Bandung, tapi intensitas kita ketemu normal banget (dalam artian yaaa bakal ketemu kalo bener-bener sama-sama punya waktu luang). Dan Chitra juga yang ngajarin saya secara ngga langsung.. gimana rasanya punya sahabat.

Definisi sahabat masa kini sudah bergeser teman, banyak faktor yang menjadikannya seperti itu. Sahabat tidaklah harus orang yang selalu ada di sampingmu saat kamu bersedih (karena mereka juga memiliki kehidupan lain yang mungkin, lebih penting dari kita..). Sahabat juga bukan orang yang bajunya, kegemarannya, makanan kesukaannya, seragam sama kita. Tapi sahabat adalah, orang yang bersedia mendengar kisahmu HANYA saat kamu ingin benar-benar membaginya. Jikapun ia sedang sibuk karena tak sempat membalas pesanmu, maka ia akan segera mengajakmu bertemu setelah urusannya selesai. Sahabat juga orang paling memaklumkan, semangat mendengarkan sampai... mensupport kita saat sedang bercerita tentang mimpi atau sekedar khayalan kita. Sahabat adalah orang yang tepat memberikan ekspresinya saat kamu tertawa lega, bahkan menangis marah di hadapannya. Dan, ia tau pasti.. kapan harus berkomentar, beropini, atau hanya sekedar tersenyum mendengarkan curhatanmu. Sahabat masa kini ngga lagi sahabat yang bisa diajak susah maupun senang loh sis, mereka kan bukan pendamping hidup kita kelak.. Ya, lebih baik berbagi kebahagiaan daripada berbagi kesedihan melulu, bukankah? :')
Dan yang paling penting adalah, ia tak pernah segan membelamu saat kamu dipermalukan atau... ia tak pernah punya niatan untuk menusukmu dari belakang. Karena seperti yang Dewi Lestari katakan : dia malaikat, tak bersayap :)

Sungguh hanya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang mengerti isi hati setiap hambaNya.


Rabu, 14 Agustus 2013

Smoke and No Smoking.

Sudah lama saya benci pada benda satu ini. Sampai lupa kapan saya dibuat benci olehnya. Banyak alasan mengapa saya tiba-tiba ingin sekali bercerita tentang benda ini.
Rokok. keluarga saya cukup dekat dengan rokok. Duu, mbah dan om saya adalah perokok. Cukup aktif, udah ngalahin siswa yang ikutan organisasi di sekolah deh aktifnya..
Tapi sekarang mbah udah berhenti jadi perokok. Katanya udah ngga kuat. Om juga udah berhenti, badannya jadi sehat. Jadi segar. Nampaknya dia berhenti sejak anaknya beranjak 3 tahun.
Tapi sangat disayangkan, kakek adalah perokok. Cukup berat. Bagi kakek, rokok dan kopi terkadang sudah membuatnya kenyang. Terkadang ingin sekali rasanya menjahili beliau. Ingin aku sembunyikan sekotak rokoknya, emmm... atau minimal aku sembuyikan saja mencisnya. Hihihihihi
Akhir-akhir ini gencar sekali berita tentang anti rokok. Aku ingin sekali bergabung, tapi ngga mungkin.
Daridulu, sejak aku SD... aku ingin sekali menjadi Duta Anti Merokok nasional. Tapi mana mungkin hal itu bisa terjadi, sementara keluargaku saja masih ada yang menjadikan rokok sebagai belahan jiwanya.
Ironis memang, jika aku sedang gencar-gencarnya menahan orang lain untuk tidak merokok dan menjauhi teman-temanku disaat mereka sedang merokok, sementara kakek ku merokok. 
Ingin sekali rasanya aku berbicara tentang keinginanku menjadi Duta Rokok pada adik kesayanganku. Satu impiku, jangan sampai dia mengenal rokok. Karena bagiku rokok bukan hanya pengisi waktu semata. Tapi rokok adalah bara untuk membakar uang. Jika merokok sebungkus bisa dihabiskan seminggu, berapa banyak uang jajanmu yang kau habiskan sebulan, 3 bulan bahkan setahun.
Adikku sedang beranjak remaja, teman. Aku sayang padanya. Aku cemas jika ia bergaul dengan teman-temannya yang lebih dulu mengenal rokok. Untuk itu, aku sangat galak padanya jika aku mencium aroma rokok dari bajunya.
Orang tuaku memang bukan tipe orang tua yang melarang keras. Mama, hanya ingin tau sebenernya dia merokok atau tidak..dan beliau hanya ingin tau dari adikku langsung. Padahal sebenarnya Mama sudah sejak lama mengetahui adikku terkadang merokok. Terbukti, jika dia sedang sakit batuk, batuknya beda. Apalagi aku yang sudah sejak lama mengetahui ciri-ciri orang merokok. Maklum, temanku yang merokok kan, bukan hanya seorag dua-orang saja. Terlebih, pernah ada temanku yang merokok ketika dia sedang menumpang buang air di toilet kosanku. Sejak saat itu, bisa dibilang aku sangat membenci yang namanya rokok. Bikin sesak saja, masbro.
Namun, industri rokok di Indonesia sangat maju. Bagimana tidak, harga sebungkus rokok disini sama dengan dua sampai iga bungkus rokok di Singapura. Dan lagi, industri rokok di negara ini menyumbang pendapatan. Jadi, terkadang justru yang demo anti rokok mendapatkan perlawanan keras dari perokok itu sendiri.
Sudah banyak juga upaya pemerintah menertibkan perokok aktif di negara ini. Maklum, banyaaaaaaaaaaaak sekali orang-orang yang jago dalam hal merokok. Bisa merokok sambil berdiri, bahkan berjalan sekalipun. Untuk itu, pernah ada proyek pembangunan ruang khusus untuk perokok. Tapi....., ya sudah rahasia umum lah ya hasil dari proyek itu apa. hehe. Sedih sih, tapi mau gimana lagi.
Naif jika saya berkata saya membenci perokok (meskipun sedara tadi saya mengucapkannya) hehehe. Mengapa? Ya sudah jelas, kakek saya perokok aktif. Adik saya yang beranjak remaja yang terkadang main ucing sumput jika merokok. Apakah saya membenci mereka juga? Tentu tidak. Namun, saya membenci kebiasaan mereka, yaitu merokok. Kenapa ngga diganti sama permen aja, sih? Sungguh pertanyaan yang sangat kekanak-kanakan.
Tapi jujur deh, cowok kece itu... bakal lebih kece lagi kalo ngga merokok. Artinya dia sudah berpikir panjang. Bukan untuk orang lain, bukan pula untuk keluarga maupun orang-orang yang berada di sekitarnya jika ia sedang merokok. Tapi untuk dirinya sendiri. Dia akan jauh lebih sehat, lebih bugar dan paru-parunya akan berfungsi secara optimal.
Pengetahuan saya tentang rokok, merokok maupun bahaya merokok memang masih sangat dangkal, namun setidaknya saya mencoba untuk berbagi dengan kalian semua.
Dan mungkin memang beum waktunya saya menjadi duta anti rokok nasional, iya.. selama masih ada keluarga (dekat) saya yang masih menjadi perokok aktif..